Related Posts Plugin for WordPress, Blogger... free counters

Feno mena alam Mud Volkano Kuwu (Bledug Kuwu)

Mud Volkano Kuwu (Bledug Kuwu)

Posted by EG Giwangkara S pada Minggu, Oktober 1 2006
Erupsi Bledug KuwuBledug Kuwu adalah sebuah fenomena gunung api lumpur (mud volcanoes) seperti halnya yang terjadi di Porong, Sidoarjo, tetapi sudah terjadi jauh sebelum jaman Kerajaan Mataram Kuno (732M – 928M). Terletak di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Purwodadi, Propinsi Jawa Tengah. Obyek yang menarik dari Bledug ini adalah letupan-letupan lumpur yang mengandung garam dan berlangsung secara hampir kontinyu pada daerah dengan diameter ± 650 meter. Secara etimologi, nama Bledug Kuwu berasal dari Bahasa Jawa (karena memang adanya di tengah Jawa sih… :) , yaitu ‘bledug‘ yang berarti ‘ledakan / meledak‘ dan ‘kuwu‘ yang diserap dari kata ’kuwur‘ yang berarti ‘lari / kabur / berhamburan‘. Mungkin kalau adanya di Jawa Barat namanya akan menjadi ‘Mèlèdug Lumpat’, atau menjadi ‘Explode Run’jika terdapat di Greenwich :) .
Lokasi Bledug Kuwu
Lokasi Bledug Kuwu dapat dilihat juga menggunakan Google Earth pada koordinat 7°07’03.90″LS, 111°07’17.61″BT seperti pada screenshot di atas. Bleduk Kuwu dapat ditempuh kurang lebih 23 km ke arah Timur (Cepu, Blora) dari Purwodadi.
Letupan Bledug KuwuBledug Kuwu merupakan letupan gas pada endapan lempung yang terkumpul secara berkala. Endapan lempung yang cukup tebal, dimana di bagian dalamnya terakumulasi gas sehingga terbentuk ruangan yang cukup tebal dibawah tanah. Ruangan yang terbentuk memberikan tempat untuk terkumpulnya air formasi yang asin dan ikut keluar saat terjadi letupan gas setinggi 1 – 5 meter dengan interval beberapa jam. Bahkan menurut penduduk setempat dulunya tinggi letupan Bledug Kuwu dapat mencapai 10 meter dengan interval 5 menit.
Kepundan Bledug Kuwu
Gas yang terdapat pada letupan Bledug Kuwu merupakan gas metan biogenik (biogenic methane gas) yang merupakan hasil dari proses diagenesis dan biasa terjadi pada kedalaman 0 sampai 4 km. Terbentuk dari sisa jasad mahluk hidup serta aktifitas jasad renik anaerob pada kondisi temperatur tinggi (± 100 – 125°C) dan tekanan dari beban sedimen diatasnya. Untuk keterangan tentang terjadinya proses diagenesis silahkan baca kembali artikel saya tentang Proses Pembentukan Minyak Bumi.
Tambang garam Bledug Kuwu
Air formasi yang ikut terbawa keluar saat terjadi letupan gas mempunyai kadar garam (salinitas) yang tinggi dan sangat potensial untuk diolah menjadi garam dapur. Kelebihan garam dapur volcano ini adalah sudah mengandung yodium dengan kadar yang lebih tinggi dibandingkan garam dapur hasil olahan dari air laut, meskipun berpotensi mengandung sianida juga, sehingga relatif bisa langsung digunakan tanpa harus melalui proses penambahan yodium lagi kedalam garam.
Bekas kepundan Bledug KuwuSecara geologi, fenomena yang terjadi di daerah Kuwu disebut sebagai Mud Volcano atau gunung api lumpur. Setiap ekstrusi pada permukaan lempung atau lumpur Bledug Kuwu membentuk suatu kerucut yang diatasnya terdapat suatu telaga. Ekstrusi tersebut dibarengi dengan keluarnya gas dan air (kadang-kadang juga minyak) secara kuat, bahkan dengan suara ledakan. Seringkali gas yang dikeluarkan terbakar sehingga menyerupai gunung api. Sifat gunung api lumpur ini sangat tergantung kepada iklim dan juga jumlah lempung yang dikeluarkan.
Terjadinya gunung api lumpur biasanya berasosiasi dengan suatu keadaan geologi yang lapisan sedimennya belum tekompaksikan, mempunyai tekanan tinggi dan mengakibatkan timbulnya diapir dari serpih ataupun penusukan oleh serpih. Gejala tersebut juga sering berasosiasi dengan daerah yang disebut ‘over pressured area‘, yaitu daerah tekanan tinggi yang tekanan serpihnya lebih besar daripada tekanan hidrostatik, dengan demikian dapat menimbulkan kesulitan pemboran.
Mitos Bledug Kuwu
Kuwu yang pada masa Kerajaan Sanjaya (Mataram Kuno, 732M – 928M) dalam sejarah merupakan kota kecil tetapi penting pada masa itu. Letaknya masih dalam wilayah Kabupaten Grobogan. Kuwu adalah bekas Ibukota Kawedanan Kradenat. Pada jaman kerajaan Mataram pernah beribukota di Medangkamulan (Medang I Bumi Mataram) yang berjarak 1,5 km dari Kuwu.
Karena perkembangan ilmu pengetahuan saat itu belum mengenal metodologi ilmiah untuk mencari tahu tentang Bledug Kuwu, maka pendekatan yang paling kondusif saat itu adalah melalui mitos, dan sebagian orang sampai sekarang masih mempercayai mitos Bledug Kuwu tersebut.
Menurut cerita turun temurun yang beredar di kalangan masyarakat disitu, Bledug kuwu terjadi karena adanya lubang yang menghubungkan tempat itu dengan laut Selatan. Entah kenapa setiap ada mitos kelautan mesti dihubungkan dengan laut selatan, meskipun tempatnya lebih dekat dengan laut utara pulau Jawa, seperti Bledug Kuwu yang sebenarnya lebih dekat dengan Pantai Kartini di Rembang atau Pantai di Pati daripada ke Parangtritis. Jauh sekali khan ?.
Konon lubang itu adalah jalan pulang Joko Linglung dari Laut Selatan menuju kerajaan Medang Kamulan setelah mengalahkan Prabu Dewata Cengkar yang telah berubah menjadi buaya putih di Laut Selatan. Joko Linglung konon bisa membuat lubang tersebut karena dia bisa menjelma menjadi ular naga yang merupakan syarat agar dia diakui sebagai anaknya.

Bookmark the permalink. RSS feed for this post.

Leave a Reply

Search

Swedish Greys - a WordPress theme from Nordic Themepark. Converted by LiteThemes.com.