Mud Volkano Kuwu (Bledug Kuwu)
Posted by EG Giwangkara S pada Minggu, Oktober 1 2006



Lokasi Bledug Kuwu dapat dilihat juga menggunakan Google Earth pada koordinat 7°07’03.90″LS, 111°07’17.61″BT seperti pada screenshot di atas. Bleduk Kuwu dapat ditempuh kurang lebih 23 km ke arah Timur (Cepu, Blora) dari Purwodadi.

Gas yang terdapat pada letupan Bledug Kuwu merupakan gas metan biogenik (biogenic methane gas) yang merupakan hasil dari proses diagenesis dan biasa terjadi pada kedalaman 0 sampai 4 km. Terbentuk dari sisa jasad mahluk hidup serta aktifitas jasad renik anaerob pada kondisi temperatur tinggi (± 100 – 125°C) dan tekanan dari beban sedimen diatasnya. Untuk keterangan tentang terjadinya proses diagenesis silahkan baca kembali artikel saya tentang Proses Pembentukan Minyak Bumi.
Air formasi yang ikut terbawa keluar saat terjadi letupan gas mempunyai kadar garam (salinitas) yang tinggi dan sangat potensial untuk diolah menjadi garam dapur. Kelebihan garam dapur volcano ini adalah sudah mengandung yodium dengan kadar yang lebih tinggi dibandingkan garam dapur hasil olahan dari air laut, meskipun berpotensi mengandung sianida juga, sehingga relatif bisa langsung digunakan tanpa harus melalui proses penambahan yodium lagi kedalam garam.

Terjadinya gunung api lumpur biasanya berasosiasi dengan suatu keadaan geologi yang lapisan sedimennya belum tekompaksikan, mempunyai tekanan tinggi dan mengakibatkan timbulnya diapir dari serpih ataupun penusukan oleh serpih. Gejala tersebut juga sering berasosiasi dengan daerah yang disebut ‘over pressured area‘, yaitu daerah tekanan tinggi yang tekanan serpihnya lebih besar daripada tekanan hidrostatik, dengan demikian dapat menimbulkan kesulitan pemboran.
Mitos Bledug Kuwu
Kuwu yang pada masa Kerajaan Sanjaya (Mataram Kuno, 732M – 928M) dalam sejarah merupakan kota kecil tetapi penting pada masa itu. Letaknya masih dalam wilayah Kabupaten Grobogan. Kuwu adalah bekas Ibukota Kawedanan Kradenat. Pada jaman kerajaan Mataram pernah beribukota di Medangkamulan (Medang I Bumi Mataram) yang berjarak 1,5 km dari Kuwu.
Karena perkembangan ilmu pengetahuan saat itu belum mengenal metodologi ilmiah untuk mencari tahu tentang Bledug Kuwu, maka pendekatan yang paling kondusif saat itu adalah melalui mitos, dan sebagian orang sampai sekarang masih mempercayai mitos Bledug Kuwu tersebut.
Menurut cerita turun temurun yang beredar di kalangan masyarakat disitu, Bledug kuwu terjadi karena adanya lubang yang menghubungkan tempat itu dengan laut Selatan. Entah kenapa setiap ada mitos kelautan mesti dihubungkan dengan laut selatan, meskipun tempatnya lebih dekat dengan laut utara pulau Jawa, seperti Bledug Kuwu yang sebenarnya lebih dekat dengan Pantai Kartini di Rembang atau Pantai di Pati daripada ke Parangtritis. Jauh sekali khan ?.
Konon lubang itu adalah jalan pulang Joko Linglung dari Laut Selatan menuju kerajaan Medang Kamulan setelah mengalahkan Prabu Dewata Cengkar yang telah berubah menjadi buaya putih di Laut Selatan. Joko Linglung konon bisa membuat lubang tersebut karena dia bisa menjelma menjadi ular naga yang merupakan syarat agar dia diakui sebagai anaknya.